Translate Bahasa Teknologi ke Bahasa Guru – Tantangan Integrasi EdTech di Sekolah

Perkembangan teknologi pendidikan (EdTech) di Indonesia berkembang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Beragam platform pembelajaran, aplikasi asesmen, hingga Learning Management System (LMS) terus bermunculan, menjanjikan efisiensi dan inovasi dalam proses belajar-mengajar. Namun, satu tantangan utama yang jarang dibicarakan adalah kesenjangan bahasa—bukan dalam arti linguistik, tetapi dalam makna: bagaimana bahasa teknologi belum sepenuhnya bisa dipahami sebagai bahasa guru.
Banyak teknologi pembelajaran dibuat dengan istilah dan logika digital yang asing bagi sebagian besar guru, khususnya mereka yang belum terbiasa dengan dunia digital. Ketika sistem menyebutkan "dashboard performa siswa", "analisis data belajar", atau "sinkronisasi akun LMS", tak jarang guru hanya mengangguk tanpa benar-benar memahami.
Inilah urgensi dari proses translate dalam arti sebenarnya: menerjemahkan istilah, sistem, dan logika teknologi menjadi sesuatu yang bisa dipahami dan dipraktikkan oleh guru. Bukan guru yang harus mengejar bahasa teknologi, tetapi teknologi yang harus hadir dalam bahasa yang ramah guru—bahasa yang berbasis pada realitas kelas, kebutuhan siswa, dan pola kerja guru sehari-hari.
Tanpa proses ini, banyak teknologi pendidikan hanya akan menjadi alat yang “canggih tapi asing”. Tidak sedikit sekolah yang membeli lisensi platform pembelajaran, namun akhirnya hanya menjadi formalitas tanpa pemanfaatan maksimal.
Kita membutuhkan pendekatan desain yang lebih inklusif: melibatkan guru dalam pengembangan, menyederhanakan antarmuka, menyediakan panduan praktis, dan yang terpenting—memfasilitasi pelatihan yang tidak hanya teknis, tapi juga pedagogis.
Jika kita ingin teknologi benar-benar menjadi bagian dari budaya belajar di sekolah, maka komunikasi antara dunia EdTech dan dunia pendidikan harus dibangun dengan empati. Translate bahasa teknologi ke dalam bahasa guru bukan sekadar strategi komunikasi, tapi sebuah langkah kunci agar transformasi digital di sekolah tidak hanya jadi wacana, tapi betul-betul terjadi dan berdampak.